Dari Kontraktor Telekomunikasi, Kini Menjadi Petani Bawang Merah Sukses!
Bp. Moko dari kontraktor telekomunikasi, kini jadi petani bawang merah sukses
Berawal dari keprihatinan Bp. Moko tentang masa depan pertanian
di desanya, Desa Pasir Kabupaten Demak khususnya pada pertanian Bawang Merah
(brambang). Membawa ia kembali ke desanya setelah bertahun-tahun menjadi kontraktor
dibidang telekomunikasi dan sudah berkeliling di sebagian wilayah Indonesia.
Beliau cemas dengan apa yang terjadi pada lahan
pertanian di desanya, khususnya pada lahan yang biasanya ditanami Bawang Merah
(brambang) oleh orang tuanya. Dengan budidaya secara konvensional, pemakaian
pupuk kimia yang sudah tak berimbang dan cederung semakin banyak atau
berlebihan membuat lahan pertanian di tempatnya semakin rusak. Dan ini sudah
umum terjadi di daerahnya ditandai dengan makin menurunnya hasil produksi
bawang merah setiap saat panen tiba, baik secara kualitas maupun jumlah
tonasenya.
Hasil umbi Bawang Merah yang disemprot dengan Bio Optifarm
Dari kekhawatiran inilah yang pada akhirnya membawa Bp.
Moko bertemu dengan Bio Optifarm,
pupuk organik cair yang dilengkapi dengan mikroba dan bisa diaplikasikan bersamaan
dengan pupuk kimia maupun obat-obatan kimia lainnya. Jika tidak mulai dari
sekarang membenahi lahan, maka apakah akan kita wariskan lahan yang sudah tidak
bisa ditanami lagi untuk generasi mendatang? Itulah kira-kira yang terlintas di
benaknya.
Bio Optifarm untuk diaplikasikan pada bawang merah, hasil panennya paling bagus dibandingkan tanaman milik petani lainnya. Hasil panen meningkat dan penggunaan pupuknya lebih hemat lagi, pertumbuhan lebih cepat tinggi dan lebih hijau seger.
Setelah mulai aplikasi dengan Bio Optifarm kondisi tanaman bawang merahnya jauh lebih padat dan
keras umbinya, ini menjadikan bobot dari tanaman tersebut juga meningkat. Dari
sisi pertumbuhan, daunnya lebih cepat tinggi dan lebih hijau seger. Begitu juga
dengan komentar petani binaannya yang juga sudah pakai Bio Optifarm mengaku puas dengan hasilnya. Pemakaian pupuk organik cair
Bio Optifarm menurut mereka juga
lebih irit, ibaratnya 1 botol banding 4 botol poc merk lain. Karena dalam satu
botol tidak hanya kandungan makro-mikro saja, tapi juga sudah dilengkapi dengan
zpt alami dan mikroba yang bisa dicampur dengan pupuk kimia maupun obat-obatan
kimia lainnya secara bersamaan. Secara waktu dan tenaga juga jadi lebih
praktis.
Screenshoot percakapan dengan Bp. Moko via BBM
Pada lahan miliknya seluas kurang lebih 3.000-an meter
persegi, dari bibit 3 kwintal menghasilkan panen setelah dijemur sekitar 110
karung (karung @ 50 kg) dari biasanya rata-rata paling bagus hanya dapat 60-80
karung saja. Begitu juga dengan lahan yang bersebelahan dengannya, sama-sama
luasnya namun dengan pemupukan yang lebih banyak tanpa Bio Optifarm ternyata hanya menghasilkan 80-an karung setelah di jemur.
Tidak hanya disitu, banyak komentar dari petani-petani tetangga yang bilang, “lebih bagus tanaman bawang merah saya.”
Semoga ini juga bisa menjadi inspirasi bagi generasi
muda lainnya untuk mau kembali ke desa dan mengangkat apa yang menjadi potensinya,
untuk dikelola dan dikembangkan dengan lebih baik lagi. Dengan tetap menjaga kearifan
lokal dan menjaga kelestariannya secara berkesinambungan, menggunakan pupuk
serta bahan kimia lainnya secara bijak untuk kelangsungan hidup generasi yang
akan datang. (Testimoni ini murni dari
Bp. Moko saat masa tanam bawang merah bulan Juni-Agustus 2015, Desa Pasir-Demak)....(epm).
0 Response to "Dari Kontraktor Telekomunikasi, Kini Menjadi Petani Bawang Merah Sukses!"
Posting Komentar
Terimakasih kunjungannya, saling berbagi tak pernah rugi.