Penyakit Bulai pada Jagung dan Usaha Mengatasinya
Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang
cukup penting di Indonesia, apalagi cara budidayanya tidak membutuhkan air yang
banyak dan bisa ditanam pada musim kemarau. Sehingga jagung bisa menjadi
tanaman pengganti padi di sawah.
Tanaman Jagung yang terserang bule/bulai |
Namun kini akibat perubahan iklim yang ekstrim,
mengakibatkan meningkatnya serangan OPT yang bisa menjadi sangat fatal.
Penyakit bulai atau downy mildew
misalnya, penyakit yang menyerang jagung mulai dari fase bibit maupun pada umur
muda (fase vegetatif) 14 HST hingga usia 40 HST ini disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis. Penyakit ini menjadi
serangan penyakit utama yang sangat dikhawatirkan oleh petani, karena akibat
infeksi ini jika tidak tertangani dengan baik petani bisa mengalami kerugian
kehilangan hasil hingga mencapai 100% (Puso). Terlebih lagi penyakit ini bisa
saja menyerang tanaman pada musim berikutnya, lewat spora cendawan yang
berkembang di tanah.
Gejala yang timbul sekilas mirip seperti
tanaman kekurangan nutrisi karena pucat, namun jika dicermati akan tampak daun
putih menggaris sejajar tulang daun (warna klorotik). Dan pada daerah perakaran
kalau dicabut terlihat menggerompol tidak berkembang, sehingga ini mengganggu
proses transfer nutrisi kedaun dan keseluruh bagian tanaman. Akibatnya pertumbuhan
tanaman akan terhambat, termasuk pada pembentukan tongkol, daun menggulung dan
terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan. Namun
serangan bulai yang terjadi pasca terbentuknya tongkol, biasanya tidak begitu berpengaruh
dan hanya menampakkan daun yang agak menguning. Peningkatan
suhu dan kelembapan akhir-akhir ini juga semakin mempercepat perkembangbiakan
juga penyebaran spora bulai, baik melalui media udara, tanah maupun benih.
- Perlakuan dan Pemilihan Benih
Spora dari bulai pada jagung ini memiliki kemampuan
dormansi yang cukup lama sebelum dia menunjukkan gejalanya, sehingga perlu
adanya perlakuan benih (imunisasi) terutama
pada jenis bibit jagung yang rentan pada penyakit ini.
Persiapkan bibit jagungnya, lalu rendam dengan campuran 1 L air : 10
mL Bio Optifarm dan tambahkan
Fungisida berbahan aktif Dimetomorf seperti Acrobat, Renon, Sirkus, dll sekitar 15-30 menit
(takaran menyesuaikan banyaknya bibit jagung yang akan diberi perlakuan ini).
Lalu tiriskan dan angin-anginkan ditempat teduh sebelum ditanam, perlakuan ini
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan dari spora Peronosclerospora maydis.
Perlakuan dengan cara selain direndam yaitu, untuk 20 Kg benih jagung aduk secara merata dengan campuran 8-10 tutup Bio Optifarm dan fungisida 100 Gram. Setelah rata aduk kembali dengan abu diamkan kurang lebih 1 jam, sebelum ditanam sebaiknya lahan di airi dahulu. Cara ini sangat efektif untuk mencegah serta menjaga tanaman jagung dari serangan bulai (bule), mencampurkan Bio Optifarm dalam satu adonan dengan fungisida akan menguatkan bahan aktif didalamnya sekaligus mencegah terjadinya resistensi pada bulai diwaktu akan datang.
Selain itu penggunaan bibit jagung tahan bulai seperti, Pertiwi 2 dan 3, Bima 1 – 3 – 9 – 15, Lamuru dan sebagainya lebih
disarankan, terutama pada daerah yang endemik bulai.
- Persiapan Lahan dan Pola Tanam
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perlu
mempersiapkan juga pengolahan lahan yang baik. Tanah dibajak sekali dan
kemudian diratakan dan digaru, tambahkan pupuk berbahan organik dari kohe atau
kompos yang sudah matang. Sebelum mulai tanam semprot ke lahan dengan pupuk jagung organik Bio Optifarm 5 tutup : 15-16 L air (1
tangki semprot), tambahkan juga secara bersamaan Fungisida Acrobat atau
fungisida lain berbahan aktif Dimetomorf 10-15 gram semprot secara merata. Ini
berfungsi sebagai perlindungan dari penularan spora bulai dari tanah.
Pola tanam yang tidak serempak juga dapat meningkatkan
serangan bulai terutama di daerah endemik, karena adanya variasi umur menjadi
sumber inokulum untuk musim tanam berikutnya. Akibatnya keberadaan bulai selalu
ada di lapangan, kemunculan ini juga semakin banyak jika saat penanaman
terlambat sebelum hujan tiba (hujan turun
saat jagung belum mencapai umur 14 HST sangat rentan juga terhadap serangan
penyakit bulai ini). Lakukan rotasi tanaman yang bukan dari golongan sorgum
(periode bebas tanaman jagung), untuk
memutus inokulum bulai.
- Perawatan dan Penanganan
Menjaga selalu sanitasi lingkungan pada lahan,
bersihkan dari segala gulma karena berbagai jenis rerumputan juga dapat menjadi
inang bagi spora bulai, ini akan memutus sumber inokulum pertanaman berikutnya.
Pemupukan dengan kebutuhan berimbang terutama pada
pemupukan pertama dan kedua, selain menggunakan pupuk majemuk NPK 15:15:15,
SP-36, dan ZA, penambahan pupuk organik juga diperlukan. Hindari pemakaian
pupuk Urea (N 46%) ataupun ZA (N 20%) secara tunggal dan berlebih, karena ini akan
mengakibatkan tanaman mudah rebah dan menjadi sangat peka terhadap serangan
hama juga penyakit. Walaupun nitrogen (N) bagi tanaman penting untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan seperti pada batang, cabang dan daun terutama
dalam pembentukan hijau daun dalam kelangsungan fotosintesis. Fungsi lain juga
untuk membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lain. Namun jika diberikan secara tunggal, ini
akan memicu peningkatan kadar protein dalam metabolisme tanaman yang mana ini
juga dibutuhkan oleh jamur sebagai sumber nutrisi dalam proses infeksinya.
Selain melakukan pemusnahan pada tanaman yang
terinfeksi dengan cara dicabut dan dibakar, untuk melindungi tanaman dari
penyebaran infeksi spora bulai lewat udara. Setelah tanam sebaiknya lakukan
penyemprotan jagung dengan Bio Optifarm 2-3 tutup botol : 15-16 L air (1 tangki semprot) sebanyak 5 hari sekali hingga umur 10
HST. Setelah tanaman jagung berumur 10 HST hingga 40 HST lakukan penyemprotan
dengan Bio Optifarm 5-7 tutup + 10-15 gram Fungisida berbahan aktif Iprodion dan Cabrio, interval waktu semprot
setiap 10 hari sekali (arahkan semprotan pada tanaman dan area perakaran). Terdapatnya kandungan agensia hayati antagonis dari Bacillus
sp, Pseudomonas
sp dan Trichoderma pada pupuk jagung Bio Optifarm mampu
menghasilkan enzim kitinase, sideropore dan senyawa antibiotik lainnya yang
diketahui mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari jamur patogen
termasuk pada bulai ini juga penyakit rebah semai pada kedelai.
Demikian beberapa usaha yang dapat kita lakukan untuk
perawatan dan penanganan pada tanaman jagung dari kemungkinan serangan bulai,
sekiranya daya upaya sudah kita lakukan secara maksimal, maka do’a dan berserah
diri kepada Tuhan akan memberikan hasil yang memuaskan dan penuh keberkahan.
Aamiin....(epm)
Baca Juga :
Jagung Bebas Bulai, Lebih Irit Biaya dan Panen Meningkat dengan Bio Optifarm
Baca Juga :
Jagung Bebas Bulai, Lebih Irit Biaya dan Panen Meningkat dengan Bio Optifarm
Ya allahamdulillah setelah dikurangi pupuk kimia pertumbuhan jagung dan hama bulai berkurang..
BalasHapusAlhamdulillah, tambahkan juga pupuk organik agar tanah juga menjadi semakin sehat yang pada akhirnya mampu menopang tanaman diatasnya utk tumbuh lebih maksimal.
Hapus