Jagung Bebas Bulai, Lebih Irit Biaya dan Panen Meningkat dengan Bio Optifarm

Kebutuhan jagung terus meningkat dari tahun ketahun sebagai penunjang industri berbasis agribisnis seperti untuk bahan konsumsi industri pangan, industri pakan ternak dan bahan bakar. Kenyataanya kebutuhan ini belum mampu tercukupi dengan baik oleh produksi jagung kita secara nasional, dan salah satunya karena adanya faktor penyakit dan hama tanaman yang bisa menjadi penyebab rendahnya produktivitas.
Walaupun irit pupuk dan pestisida, tanaman jagung bebas bulai tongkol jadi besar
Pioneer 35 umur 72 hst bebas bulai, irit pupuk tongkol besar
Khusus kali ini yang akan kita bahas adalah kendala penyakit pada jagung, yang biasa disebut dengan bule atau bulai. Kondisi ini disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis, yang menyerang tanaman mulai fase bibit hingga usia vegetatif antara umur 14 – 40 hari setelah tanam dan ini bisa mengakibatkan petani rugi gagal panen hingga 100% jika tidak tertangani.

Lahan seluas 400 ru (± 5.600 m2) yang biasanya menghabiskan 4,5 kuintal pupuk, setelah aplikasi dengan Bio Optifarm kini hanya tinggal pakai 3,5 kuintal. Lebih hemat namun pertumbuhannya sangat pesat lebih bagus dibanding sebelumnya yang habis pupuk dan obat-obatan lebih banyak. Komentar tetangga tanaman jagungnya tumbuhnya josss gandhoss...tanpa ada tanda-tanda bulai.
Jagung Pioner 35 umur 65 hst kondisi tanaman sehat bebas penyakit tongkol tumbuh sempurna dan besar
Jagung umur 65 hst sehat bebas penyakit
Seperti pengalaman dari petani langsung, yaitu mas Topa di Kanigoro, Biltar. Menurut pengakuannya tahun ini 2016, ditempat beliau mengalami kesulitan tanam jagung akibat banyak yang terserang bulai. Hal ini dipicu dari pola tanam yang tidak serentak dan pemakaian bibit yang tidak sama atau beda varietas, ditambah cuaca tahun ini memang lumayan ekstrim perubahannya.
Jagung Pioner 35 usia 65 hst tongkolnya tumbuh sempurna daun lebar hijau segar

Capture testimoni bio optifarm optimalkan pertumbuhan jagung irit pupuk bebas bulai
Capture testimoni Bio Optifarm, optimalkan pertumbuhan jagung irit pupuk dan bebas bulai
Awal tanam jagung 11 Mei 2016 disana sering turun hujan, akibatnya jagungnya tetap tidak bisa tahan dan terserang bulai walaupun sudah disemprot dengan obat jamur (fungisida) 2 hari sekali. Dan tanggal 13 Juni 2016 akhirnya tanaman dirombak, dengan sebelumnya  ditambah perlakuan benih paduan antara Bio Optifarm-Acrobat-Regent Red-perekat yang didiamkan selama 1 jam sebelum mulai tanam untuk memaksimalkan perlindungan. Bio Optifarm akan menguatkan bahan aktif dari obat-obatan tersebut, sekaligus kandungan agen mikrobia antagonis dari Bacillus sp dan Pseudomonas sp pada pupuk Bio Optifarm akan menghasilkan enzim kitinase, sideropore dan senyawa antibiotik lainnya yang diketahui terbukti mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari jamur pathogen ini. Yaa..mas Topa akhirnya angkat jempol, buktinya tidak ada satupun jagungnya yang kena bulai. Tak lupa aplikasi semprot Bio Optifarm ke lahan 2 hari sebelum tanam (ulur) untuk memperkuat mikrobia Trichoderma sp, sehingga cukup untuk menghambat pertumbuhan jamur penyebab penyakit sekaligus membenahi tanah.
Jagung Pioneer 35 usia 35 hst, tumbuh maksimal tanpai bulai
Di lahan seluas 400 ru (± 5.600 m2) ini biasanya mas Topa menghabiskan total 4,5 kuintal pupuk, setelah aplikasi dengan Bio Optifarm kini hanya tinggal pakai 3,5 kuintal (terdiri ZA 2 kuintal + Phonska 1,5 kuintal tanpa urea) saja jadi lebih hemat namun pertumbuhannya sangat pesat lebih bagus dibanding pada sebelum-sebelumnya yang habis pupuk dan obat-obatan lebih banyak. Dari kiriman foto juga testimoni percakapan via WhastApp, komentar para tetangga beliau bahwa tanaman jagungnya di umur 35 hst sangat bagus tumbuhnya josss gandhoss...tanpa ada tanda-tanda bulai jauh beda dengan tanaman yang tidak dipupuk Bio Optifarm. Mampu tumbuh racak (seragam) dan tinggi semua, kebutuhan pupuk lebih hemat tongkol yang keluar besar-besar.
Tumbuh bagus tongkol besar dan panjang, butir jagung juga penuh
Bio Optifarm optimalkan pertumbuhan jagung walaupun pupuk dasar dikurangi

Selain itu untuk perawatan lain menanggulangi ulat dan walang (belalang, red), mas Topa juga mencampur Bio Optifarm dosis 4 tutup per tangki 17 liter dengan Starban plus Demorf untuk jamurnya. Sekaligus jadi satu waktu nyemprot, hemat waktu juga tenaga lebih irit biaya pupuk serta irit biaya perawatan.

Melihat hasil pertumbuhan jagungnya di usia 65-72 hst plus tongkolnya yang besar dan butir jagung yang penuh, beliau menaksir luasan 100 ru bisa dapat 1 ton lebih jagung kering. Taksiran ini tidak berlebihan mengingat sebelum pakai Bio Optifarm, jagung yang ditanam mas Topa sering kecil batangnya (tebon, red) dan tinggi tanaman juga tidak seragam serta tongkol yang keluar selalu kecil-kecil. Mudah dan praktisnya Bio Optifarm juga karena bisa dicampur obat apapun termasuk herbisida, waktu usia tanaman 15 hst Bio Optifarm dicampur dengan obat rumput. Gulma hancur, tanaman tidak terganggu malah tumbuh subur.

Pada tanaman pembanding yang tidak pakai Bio Optifarm, tampak daunnya tidak bisa hijau seger dan cenderung menggulung. Selain itu janten yang keluar lebih kecil dan kurang sehat, pada kena bundel serta tinggi tanaman tidak kompak banyak yang kena bulai.
2 foto ini tanaman jagung pembanding yang tidak pakai Bio Optifarm
2 foto ini tanaman pembanding tidak pakai Bio Optifarm
Jagung tanpa Bio optifarm kena bulai, tumbuh tidak serempak tongkolnya kecil-keci
Tanaman kena bulai, tumbuh tidak serempak tongkolnya kecil-keci
Kesimpulannya dengan menambah memakai poc plus hayati majemuk Bio Optifarm, tanaman Jagung Bebas Bulai, Lebih Irit Biaya dan Panen Meningkat. Kebutuhan obat-obatan dan perawatannya bisa ditekan. Tidak masalah ditanam pada kondisi cuaca kurang bersahabat, tanaman tetap bertahan. Pokok’e Bio Optifarm is the best decchh...(disarikan dari testimoni asli Mas Topa via WhatsApp, Kanigoro, Blitar)...(epm)

Update Hasil Panen :

Hasil panen dilahan yang sama luasan 5.600 meter persegi (400 ru), setelah menggunakan POC dan Hayati Majemuk Bio Optifarm. Terjadi peningkatan dari biasanya hanya keluar 3,4 ton paling bagus, sekarang dengan Bio Optifarm panen jadi 3,6 ton jagung kering pipil (pola tanam sama, 1-2 biji per lubang).
Pakai Bio Optifarm dari perlakuan pra tanam sampai panen, hanya habis 1 literan atau kurang lebih Rp 75.000 bonusnya jadi bisa ngirit rabuk dan ngirit biaya perawatan. Dengan harga jagung pipil kering per 14 Oktober 2016 di Blitar Rp 4.000/kg, masih banyak untungnya yang didapat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jagung Bebas Bulai, Lebih Irit Biaya dan Panen Meningkat dengan Bio Optifarm"

Posting Komentar

Terimakasih kunjungannya, saling berbagi tak pernah rugi.