Hypocalcemia Yang Terjadi Pada Sapi
Pada budidaya ternak sapi
ada istilah gangguan penyakit metabolisme yang disebut dengan Hypocalcemia.
Keadaan ini terjadi menyerang pada sapi
di masa akhir kebuntingan atau pada saat masa laktasi, tetapi ini juga sering
terjadi pada sapi yang sudah melahirkan yang ketiga kalinya sampai dengan yang
ketujuh (Girindra, 1988). Namun begitu, di beberapa daerah juga ditemukan kasus
hypocalcemia pada sapi-sapi dara yang berproduksi tinggi dan terjadi
ditengah-tengah masa laktasi. Walaupun kasus ini juga bisa terjadi pada sapi
perah setelah beranak empat kali atau lebih tua, dan jarang terjadi pada induk
yang lebih muda atau sebelum beranak yang ketiga (Hardjopranjoto, 1995). Sapi
dari bangsa Jersey paling sering menderita penyakit ini, kemudian sapi Holstain
Frisian dan bangsa sapi yang lain.
Penyakit
ini juga biasa disebut dengan paresis puerpuralis, milk fever, calving
paralysis, parturient paralysis, dan parturient apoplexy. Yaitu gangguan
metabolisme pada hewan yang terjadi sebelum, sewaktu atau beberapa jam sampai
72 jam setelah melahirkan dengan ditandai mengalami depresi umum, tidak bisa
berdiri dan melemahnya bagian tubuh belakang hingga mengakibatkan tidak
sadarkan diri.
Kejadian
hypocalcemia ini akan ditemukannya gangguan dalam darahnya, yaitu adanya penurunan
jumlah kalsium dengan cepat dari dalam serum darah si penderita dimana jika
pada keadaan normal kadar Ca (kalsium) pada darah 9-12 mg/dL. Dan pada kejadian
hypocalcemia ini, kadar Ca dalam darah hanya 3-5 mg/dL. Padahal pada periode
laktasi, kebutuhan akan Ca menjadi 3 kali lipatnya. Biasanya juga akan diikuti
penurunan kadar phospor secara besar-besaran, sebagai akibat untuk sintesa susu
dalam ambing dalam bentuk kolostrum secara tiba-tiba menjelang kelahiran.
Kadar
phospor yang rendah juga diakibatkan adanya penurunan penyerapan phospor
anorganik dari usus. Mungkin juga disebabkan oleh meningkatnya sekresi
parathormon, hingga ekskresi phospor meningkat. Penurunan kadar phospor di
dalam darah, juga sebanding dengan terjadinya peningkatan hormon pada sapi yang
baru melahirkan. Kenaikan parathormon akan diikuti oleh kenaikan pembongkaran
kalsium dalam tulang, yang dalam hal ini dapat dilihat dari ada tidaknya
kenaikan hidroksi prolin didalam kemih. Hidroksi prolin sendiri merupakan hasil
pemecahan kolagen. Dalam hal ini kadar magnesium dalam serum darah mempengaruhi
gejala yang timbul pada sapi perah. Jika kadar magnesium dalam serum normal
atau lebih tinggi, maka gejala tetani (kembung) dan eksitasi akibat hypocalcemia
akan diikuti oleh relaksasi, otot melemah, depresi dan terjadinya koma. Kadar
magnesium yang rendah, maka akan mengakibatkan kekejangan selama beberapa waktu
pada sapi.
Kejadian
hypocalcemia ini juga bisa menghambat ekskresi insulin, sehingga akan diikuti
dengan naiknya kadar glukosa dalam darah. Selain itu hyperglisemia juga dapat
disebabkan oleh terjadinya peningkatan produksi hormon glukagon yang dihasilkan
pankreas, dimana berfungsi untuk menaikkan kadar glukosa darah serta
meningkatkan pembongkaran glikogen hati. Dari kejadian ini faktor genetis dari
sapi yang berproduksi tinggi, kemungkinan menjadi faktor penyakit paresis
puerpuralis. Karena sapi perah yang pernah menderita penyakit ini, dapat menurunkan
anak yang juga mempunyai bakat menderita paresis puerpuralis. Bila gejala ini
timbul harus segera dilakukan tindakan pertolongan, jika dibiarkan tidak segera
mendapatkan pengobatan beberapa jam kemudian induk berubah menjadi tidak
sadarkan diri. Jika masih tidak ada pertolongan, hewan akan bertambah depresi. Urat
daging melemah dan berbaring dengan posisi lateral (tahap komstose), hewan
tidak dapat bangun lagi. Kepekaan terhadap cahaya menghilang, pupil mata
berdilatasi dan akhirnya beberapa jam akan terjadi kematian.
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan
terhadap kejadian ini sangat dipengaruhi oleh jumlah kalsium yang dapat diserap,
atau imbangi perbandingan ransum yang baik (Ca:P = 2:1) rendah kalori. Yang
ideal jumlah Ca dalam pakan sehari adalah 20 gram saja, sekedar untuk
memelihara fungsi faali. Di daerah yang pakannya cukup kandungan kalsium, pemberian
mineral blok yang mengandung kalsium-phospat tidak dianjurkan untuk sapi yang
bunting. Baru setelah melahirkan pemberian garam kalsium ditingkatkan.
Pemberian
vitamin D2 20-30 juta IU/hari, 3-8 hari sebelum melahirkan mampu
menurunkan kejadian. Vitamin D3 sebanyak 10 juta IU yang disuntikkan
intravena sekali saja, 28 hari sebelum malahirkan, dapat pula menurunkan
kejadian tanpa diikuti deposisi kalsium dialat-alat tubuh.
Menurunkan pH
darah sapi selama periode akhir prepartum dan awal post partum. Metode ini lebih efektif dan lebih praktis dengan meningkatkan anion diatas kation pada diet, menambah garam anionik pada ransum atau keduanya. Penambahan
kelebihan anion pada diet dipercaya dapat meningkatkan resorbsi kalsium dari
traktus gastro intestinal.
Selain
itu pemberian asupan nutrisi yang mengandung probiotik lengkap juga bisa
membantu mengatasi masalah pada pencernaan, memaksimalkan penyerapan nutrisi
dan kalsium alami dari ransum pakan yang ada, seperti pada nutrisi ternak Bio Maxter. Karena probiotik dalam nutrisi ternak Bio Maxter memecahkan hidrokarbon yang berfungsi dalam mencerna
makanan pada usus dan menyerap nutrisi makanan.
Kandungan
dalam nutrisi ternak Bio Maxter juga
akan meningkatkan metabolisme tubuh dan meningkatkan kerja usus dalam
mengabsorbsi mineral penting bagi tubuh, mengikat dan membantu proses
detoksifikasi zat racun sisa dari proses metabolisme tubuh serta menjaga
keseimbangan hormon. Gerak peristaltik usus juga menjadi normal, sehingga
mengurangi dan menghindarkan sapi dari gangguan kembung-kembung juga mencret. Juga
membantu proses regenerasi sel usus menjadi lebih cepat, sehingga tidak
mengganggu kemampuan usus dalam mencerna dan menyerap nutrisi dari pakan. Untuk ternak yang sakit, dianjurkan untuk memberikan langsung Bio Maxter (diminumkan) sedikitnya 1 tutup tanpa pencampuran air sebelumnya hingga berangsur-angsur membaik.
Pada
kondisi kurang nyaman, sapi juga bisa mengalami stres. Dengan memberikan
nutrisi ternak Bio Maxter, sapi
menjadi lebih tahan terhadap kondisi apapun dan mencegah terjadinya stres, sapi
menjadi lebih lahap makan (tingkat ketertarikan terhadap pakan meningkat).
Kandungan asam essensial, mineral dan berbagai vitamin penting lainnya pada
nutrisi ternak Bio Maxter, juga akan
melengkapi kekurangan nutrisi dari pakan....(epm)
0 Response to "Hypocalcemia Yang Terjadi Pada Sapi"
Posting Komentar
Terimakasih kunjungannya, saling berbagi tak pernah rugi.