Cegah dan Waspada Kemampuan Migrasi dari Wereng Coklat

Hasil uji dengan zat warna fluoresen membuktikan kemampuan migrasi pada wereng coklat, berpindah dari satu titik ledakan ke tempat lain di sekitarnya dalam radius 10 km.
Pada budidaya tanaman padi para petani tentunya sudah sangat familiar dengan gangguan yang disebabkan oleh penyakit dan hama, dalam bahasan kali ini serangan yang menggangu berasal dari opt salah satunya adalah wereng coklat (Nilaparvata lugens) yang akan berdampak pada gagalnya panen atau fuso pada areal persawahan yang luas.

Hama wereng coklat ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu dimulai dari telur (selama 7-10 hari), nimfa 8-17 hari, imago 18-28 hari, dan betah hidup di daerah lembab bersuhu sekitar 300 C. Pada wereng dewasa bersayap panjang, dapat menyebar hingga jarak beratus kilometer. Hama ini menyerang mulai dari persemaian hingga padi mau panen, menghisap cairan pada bagian pelepah daunnya.

Seperti kita ketahui pada beberapa daerah pertanian di Indonesia, pernah sering kali terjadi ledakan terhadap serangan hama ini. Akibat dari kebijakan pemerintah dengan Revolusi Hijaunya di medio tahun 1970-an dan 1980-an, menggalakkan metode perlindungan tanaman dengan insektisida berspektrum luas yang mana malah melemahkan sebuah sistem dimana populasi musuh alami seperti Laba-laba Serigala; Laba-laba Berahang Empat; Kepik Permukaan Air; Kepik Mirid; Capung Kecil/Kinjeng Dom; dsb menjadi rendah hingga tidak bisa lagi memberikan perlindungan pada sistem alami tersebut.

Kali ini kami akan membagi informasi dari Balai Besar Penelitian Padi tentang hasil penelitiannya pada deteksi kemampuan migrasi dari wereng coklat, dengan menggunakan zat warna fluoresen berkaitan dengan jarak tempuh dari daerah/titik ledakannya.

Pengujian yang dilakukan meliputi 2 tahapan, yaitu pengujian pada skala laboratorium dan pengujian di lapangan. Pada pengujian laboratorium bertujuan untuk mengetahui metode aplikasi dari sifat zat warna fluoresen, penentuan dosis aplikasi yang tepat, mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat mortalitas wereng coklat, kemampuan terbang paska aplikasi, dan kemampuan zat warna fluoresen tetap menempel pada tubuh wereng coklat. Sedangkan pengujian di lapangan untuk mengetahui kemampuan migrasi wereng coklat di daerah ledakannya, sekaligus menunjukkan bahwa zat warna fluoresen stardust hanya dapat diaplikasikan dengan tambahan zat perekat.

Pada hasil penelitian tersebut terbukti walaupun fluoresen  stardust dapat menyebabkan kematian serangga uji hingga 10%, tetapi ini tidak mempengaruhi kemampuan terbang dari wereng coklat tersebut. Selain itu, fluoresen stardust juga dapat hilang tercuci dari tubuh serangga uji dan hanya dapat bertahan tidak lebih dari 3 hari. Sehingga penangkapan kembali hanya dapat dilakukan kurang atau sama dari 3 hari tadi, dan hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa wereng coklat memiliki kemampuan terbang/bermigrasi hingga sejauh 10 km dari titik ledakan.

Penelitian ini juga memberikan informasi jika terjadi ledakan wereng coklat di suatu tempat, maka daerah yang masuk dalam radius 10 km harus dapat mengantisipasi adanya migrasi tersebut. Ini sekaligus memperkuat teknologi pengendalian wereng coklat, yaitu dengan penanaman secara serentak pada hamparan yang luas dan penggiliran tanaman juga penggiliran varietas. Ditambah faktor hembusan angin, cahaya, dan kondisi pertanaman juga pasti akan mempengaruhi arah migrasi dari wereng coklat.

Selain itu juga dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan dan pengendalian, antara lain:
  • Membersihkan gulma dan singgang dari areal persawahan.
  • Bijak dalam penggunaan pestisida, sehingga tidak mengakibatkan terbunuhnya musuh alami dan mencegah terjadinya resistensi dan resurjenisi pada wereng coklat (ada 57 formulasi insektisida yang dilarang penggunaannya pada tanaman padi).
  • Menggunakan varietas tahan wereng coklat, seperti Mekongga, Ciherang, dll.
  • Lakukan pengamatan sejak dari persemaian setiap hari pada kedua sisi, dan pengamatan setiap minggu setelah pindah tanam pada batang dan permukaan air. Rebahkan dan sibak tanaman.
  • Menggunakan perangkap cahaya di malam hari jika mulai terlihat tanda-tanda serangan.
  • Selain penggunaan pestisida yang tepat dosis dan tepat waktu, penggunaan agensia hayati berupa cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae sebagai musuh alaminya juga efektif mengendalikan populasi wereng coklat hingga 40%.

Pemupukan berimbang dan meningkatkan pemakaian bahan organik juga membantu mencegah terhadap kemungkinan serangan, hindari penggunaan pupuk kimia terutama N terlalu tinggi karena bisa meningkatkan populasi wereng coklat.

Penambahan poc plus Bio Optifarm pada lahan yang terserang, juga mampu mengembalikan pemulihannya dari pasca serangan menumbuhkan kembali anakan baru dan menghindarkan dari kerugian total. Aplikasi secara bersamaan antara pestisida kimia ataupun organik dengan Bio Optifarm, akan mengoptimalkan kerja dari pestisida tersebut karena kandungan nutrisinya yang lengkap dan bakteri yang ada didalamnya bersifat selektif serta tidak mati walaupun aplikasi bersamaan dengan bahan kimia. Bio Optifarm juga bekerja mematahkan/menetralkan resistensi wereng coklat terhadap kandungan zat pestisida tertentu, dan akan mengikat sisa residu kimia setelah digunakan....(epm)

Sumber
  • http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/161-deteksi-migrasi-wereng-coklat-menggunakan-zat-warna-fluoresen
  • Dan berbagai sumber

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cegah dan Waspada Kemampuan Migrasi dari Wereng Coklat"

Posting Komentar

Terimakasih kunjungannya, saling berbagi tak pernah rugi.